Apa itu Thin Content – Sebutkan salah satu upaya untuk meningkatkan SEO website?. Satu dari sekian banyak jawaban yang muncul mungkin adalah dengan membuat konten artikel.
Tapi, apa jadinya jika konten yang dibuat tersebut justru malah menjadi alasan kuat mengapa website tidak berkembang atau bahkan ranking di SERPs?. Hal ini bisa saja terjadi, jika konten yang dikreasikan tersebut tidak memiliki kualitas atau bahkan tidak bermakna sama sekali untuk pengunjung.
Dalam istilah SEO, konten seperti ini sendiri dapat disebut dengan Thin Content. Apa itu Thin Content?. MinTiv akan membahasnya lengkap di dalam artikel ini, jadi simak baik-baik ya!.
Apa itu Thin Content?
Jika kita coba artikan apa itu Thin Content dari bahasa Inggris menuju Indonesia, maka Thin Content adalah konten tipis. Kita dapat memahami bahwa makna konten tipis ini merujuk pada isi konten yang tidak memberikan makna sama sekali untuk pembacanya. Terlalu “tipis” untuk disimak secara mendalam.
Lalu apa dampak Thin Content ini di dalam website Anda?. Jika Google berhasil mengidentifikasi banyak thin content ini di dalam website Anda, maka Google tentunya ogah untuk memasukkannya ke dalam database index.
Yang artinya, jangankan untuk berharap dapat ranking di Page 1, masuk database index saja sulit. Lalu, bagaimana caranya Anda tahu jika di dalam website Anda terdapat Thin Content atau tidak?. Jawabannya adalah dengan mempelajari ciri-ciri daripada Thin Content tersebut.
Ciri-Ciri Thin Content
Didapatkan dari Google Webmaster dan juga WebFX, berikut ini adalah rangkuman lengkap tentang ciri-ciri thin konten. Dimulai dari;
1. Konten Hasil Duplikat
Ciri-ciri yang pertama adalah konten yang dihasilkan merupakan konten hasil duplikat. Konten duplikat ini dapat diketahui dari tata bahasa yang sama dengan sumber konten aslinya. Selain itu, konten hasil duplikat juga dapat diketahui dari tata bahasa layaknya hasil terjemahan, Google Translate yang masih “kasar”.
Intinya, tata bahasa yang ditampilkan tidak manusiawi sama sekali.
2. Adanya Tindakan Keyword Stuffing atau Keyword Cannibalization Pada Konten
Kedua, adalah adanya tindakan keyword stuffing atau keyword cannibalization pada konten. Apa itu keyword stuffing dan juga keyword cannibalization?.
Baca Juga: Cara Mencegah Terjadinya Keyword Cannibalization
Keyword stuffing adalah proses optimasi keyword secara berlebihan dalam 1 konten. Sedangkan keyword cannibalization adalah proses optimasi yang gunakan target keyword yang sama untuk banyak konten. Semisal konten A memiliki target keyword Jasa Bangun Rumah, dan di konten B juga diberikan target keyword yang sama, yakni Jasa Bangun Rumah.
3. Tidak Memiliki Cukup Kata-Kata Alias Terlalu Pendek
Ketiga adalah konten tidak memiliki cukup kata-kata alias konten terlalu pendek. Minimal konten di dalam website memiliki panjang kata sejumlah 300 kata. Jumlah ini sendiri MinTiv sandarkan pada referensi yang diberikan oleh Plugin Yoast SEO.
Lalu bagaimana dengan panjang konten maksimalnya?. Adapun jumlah kata maksimal pada sebuah konten bergantung pada konteks dan topik dari konten itu sendiri.
Apabila memang diperlukan penjelasan panjang, maka tulislah konten tersebut dengan jumlah kata yang juga panjang. Apabila diperlukan hanya untuk memberikan tutorial to the point, maka gunakanlah jumlah kata secukupnya.
4. Adanya Affiliate Link/Page yang Tidak Relevan
Keempat adalah adanya affiliate link atau page yang tidak relevan dengan konten website Anda. Ingat, bahwa Google sangat memperhatikan nilai relevansi setiap link yang tertaut di dalam konten. Jika relevan, Google tentunya akan memberikan nilai lebih.
5. Konten Tidak Sesuai dengan Search Intent Target Keyword
Kelima adalah konten tidak sesuai atau tidak relevan dengan search intent target keyword.
Semisal Anda menggunakan keyword Jasa Bangun Rumah, yang seharusnya memiliki search intent berjenis commercial. Tapi di dalam konten dengan target keyword tersebut, Anda malah memberikan informational yang lebih banyak.
Semisal tips desain rumah yang baik, desain kamar tidur yang nyaman dan lain-lain. Anda malah kurang mengekspos keterangan yang bernada komersial seperti keuntungan bangun rumah dengan Anda, portofolio desain rumah yang telah dibangun, testimoni pelanggan sebelumnya, dan juga harga jasanya.
Search intent sendiri adalah tujuan seseorang mengetikkan keyword tertentu.
Cara Memperbaiki Thin Content
Ada banyak cara untuk bisa memperbaiki Thin Content ini.
Yang paling mendasar tentu saja adalah dengan mulai mempelajari tentang apa itu search intent beserta dengan jenis-jenisnya. Langkah berikutnya adalah mulai belajar menuliskan kerangka konten yang menarik terlebih dahulu sebelum benar-benar menuliskan draft konten secara utuh.
Setelahnya, Anda baru bisa lanjut ke langkah penulisan konten website yang SEO friendly. Manfaatkan pengetahuan Anda pada 3 langkah sebelumnya ini, untuk melihat konten website yang sudah ada, apakah sudah memiliki search intent yang sesuai atau tidak. Memiliki kerangka konten yang menarik atau tidak.
Agar lebih mudah, Anda bisa mengikuti panduan lengkap tentang cara audit konten SEO website manual di bawah ini;
Baca Juga: Cara Audit Konten SEO Website Secara Manual
Inilah penjelasan lengkap tentang apa itu thin content. Apabila Anda berminat untuk mendapatkan Jasa SEO Terbaik, hubungi segera Creativism.id.
Creativism menyediakan layanan Digital Marketing untuk perorangan, UMKM, UKM, hingga perusahaan besar yang mencari partner untuk menghandle social media, website, SEO, dan menyediakan seluruh kebutuhan promosi hingga IT Solution untuk bisnis Anda. Hubungi mereka di nomor 6281 22222 7920.
[…] yang pertama adalah thin content. Thin content sendiri adalah jenis konten di dalam website yang tidak memiliki nilai berarti untuk pengunjung. […]